Ini cerita rakyat yang aku dapat dari anak murid istriku. Dia tugaskan mereka
mencari cerita rakyat dari orang tua, nene (nenek) ato tete (kakek). Melihat
betapa mereka kurang tertarik untuk melestarikan budaya walaupun dari
suku mereka sendiri. Salah satu yang membuat aku tertarik tentang kampung
Saba dan Warwe karena kebetulan aku dan keluarga sudah beberapa kali
jalan2 ke sana. Perjalanan ke kampung itu kurang lebih 1 jam dari pusat
kota Biak. Masukan dari teman2 aku tunggu terlebih yang dari Biak
sendiri.
GADIS YOMNGGA DENGAN ULAR NAGA
Dahulu kala didaerah pesisir pantai Biak Timur terletak
beberapa perkampungan. Dari sekian itu terdapat dua buah kampung yang letaknya
berdekatan, yaitu kampung Saba dan Warwe. Pada kedua kampung dimaksud berdiam
pula beberapa keret ( marga ) yang salah satu diantaranya adalah keret Yomngga.
Di keret itu hiduplah seorang nenek bersama 3 orang cucunya, yakni seorang
perempuan dan dua orang laki-laki.
Adapun ke-3 bersaudara ini dibesarkan oleh neneknya, karena
sewaktu masih kecil ayah dan ibunya telah lama meninggal dunia. Wajarlah bagi
si nenek dalam menjamin kelangsungan hidup cucunya dengan pengorbanan dan kasih
sayangnya.
Dalam menyambung hidupnya sehari-hari si nenek menempuh cara
berladang. Ternyata si nenek sudah mengerjakan sebuah ladang yang ditanami pula
dengan berbagai tanaman. Setiap pergi pulang selalu melalui jalan serbiser,
yakni sebuah jalan dari kampung yang menuju ladangnya. Walaupun jaraknya jauh,
namun bagi si nenek tidak menjadi penghalang, karena sudah biasa menempuh jarak
itu.
Konon disekitar jalan serbiser ada penghuninya yang selalu
mengawasi setiap insan yang lalu lalang disitu. Termasuk juga si nenek dengan
cucunya Yomngga yang sudah menjadi seorang gadis. Penghuni itu adalah seekor
ular naga yang rupanya telah lama jatuh cinta kepada Yomngga. Namun bagaimana
caranya supaya dapat memiliki gadis itu baginya belum ada pemecahan.
Pada suatu hari pergilah si nenek bersama Yomngga hendak bekerja
di ladangnya. Mereka melalui jalan serbiser dan tanpa diketahui bahwa ada yang
sedang mengamati kepergiannya setelah keduanya berlalu sang ular tak dapat
menahan dirinya lagi ketika melihat gadis Yomngga. Baginya sekarang, timbul
berbagai pertanyaan dalam benaknya. “Bagaimana caranya agar aku dapat memiliki
gadis itu? Dengan jalan apa supaya aku dapat mengikuti jejaknya ke rumah untuk
bertindak sebelum terlambat, sekarang juga aku mencari tempat yang baik dan
aman untuk mewujudkan” batinnya
Ia pun segera mencari dan membelitkan tubuhnya pada sebatang
pohon yang berada di pinggir jalan dekat dengan sebuah tanjakan serta menunggu
sepanjang hari, akhirnya mataharipun condong ke barat dan hari sudah sore, maka
semua insan pun bersiap-siap hendak pulang ke peraduannya masing-masing.
Di jalan serbiser kini menjadi sunyi, segenap margasatwa
disekelilingnya berdiam diri sebab dirasanya sebentar lagi ada suatu keanehan
yang akan terjadi di tempat itu.
Sementara itu si nenek dengan cucunya dalam perjalanan
pulang. Makin lama makin mendekat ke tempat ular naga itu akhirnya tibalah
mereka di tanjakan tadi. Karena tanjakan ini agak sulit dilalui maka si nenek
jalan terlebih dahulu sementara si gadis mengamati neneknya dari belakang.
Inilah saat yang terbaik bagi si ular naga untuk mewujudkan
niatnya. Kemudian ia menjulurkan tubuhnya dan melingkarkan tubuhnya kedalam
noken ( tas tradisional khas Papua ) si gadis, sang gadis tidak merasakan
apapun yang menimpa dirinya karena perhatiannya tertuju pada si nenek .
Kini giliran Yomngga untuk berjalan dan segera menyusul
neneknya. Tibalah mereka di sebuah pemandian di pnggir jalan, karena sudah
mendekati kampung maka singgahlah mereka untuk melepas lelah dan mandi. Setelah
itu mereka berkemas dan melanjutkan perjalanan pulang mereka. Saat itulah si
nenek melihat seekor ular di dalam noken Yomngga. Mereka sangat ketakutan dan
lari meninggalkan nokennya. Lalu terdengarlah suara ular memanggillnya dari
belakang. Karena sudah lelah berhentilah keduanya dan bertanya siapa gerangan
sebenarnya ular itu. Kedua heran sebab ular itu dapat berbicara seperti
manusia. Mereka lalu menghampiri sang ular untuk mengetahui apa yang diinginkan
ular itu.
“Hai perempuan…. janganlah takut kepadaku, tetapi bawalah
aku kerumahmu dan sembunyikan aku di dalam kamarmu” kata ular. Ketika mendengar
permintaan sang ular kedua nya saling berpandangan dan sepakat untuk membawanya
di dalam noken.
Setiba dirumah ular itu disembunyikan di dalam kamar
yomngga. Setiap malam berkilau-kilaulah sisiknya menerangi kamar Yomngga.
Melihat keadaan itu takutlah kedua saudara Yomngga. Mereka tidak berani
bertanya kepada Yomngga maupun si nenek.
Kini mereka hidup bersama ular dengan penuh rahasia. Hanya
si Yomngga yang mengetahui segalanya. Pada malam hari ular itu menjelma menjadi
manusia dan menemani Yomngga tidur di sampingnya. Keinginannya untuk mengawini Yomngga
tercapailah sudah.
Hari berganti hari akhirnya Yomngga hamil dan kedua
saudaranya menanyakannya kepadanya mengenai keadaannya itu.
“Siapakah yang melakukan perbuatan itu?” tanyanya
“Dari sekian banyak pemuda di kampung ini tidak ada yang
melakukannya, hanya satu, yakni ular yang selama ini ada dalam kamarku” jawab Yomngga
Mendengar jawaban itu kedua saudaranya tidak yakin dan
meminta agar menunjukkan kepada mereka dimana ular itu. Yomngga pun menunjukkan
ular itu dalam kamarnya dan terkejutlah mereka demi melihat ular itu dalam
kamar.
Kedua saudaranya murka karena hal itu telah berlangsung lama
tanpa mereka ketahui. Mereka pun meninggalkan saudaranya dengan perasaan jijik
tetapi dibalik itu mereka sepakat akan membinasakan ular itu sebelum semuanya
diketahui oleh orang-orang kampung.
Pada suatu hari keluarlah mereka hendak mencari ikan. Mereka
menyelam mengitari batu-batu karang
tetapi setekun apapun mereka mencari tetap saja mereka tidak menemukan
ikan seekor pun.
Dengan hati kesal mereka pulang dan setibanya dirumah sang
ular bertanya “Bagaimana hasilmu hari ini?”
“Tak ada seekorpun! Kami tak sanggup menyelam ke dasar laut
karena tidak ada alat yang dapat kami gunakan untuk menangkap ikan” jawabnya
“Kalau begitu sediakanlah akar tuba untuk mencari ikan di
karang.” kata si ular
Mendengar usul itu gembiralah keduanya lalu pergi ke hutan
untuk mencari akar tuba. Tak lama kemudian mereka kembali dengan membawa akar
tuba yang dimaksud dan menyerahkan pada si ular.
Keesokan harinya keluarlah si Ular bersama kedua saudara Yomngga
hendak mencari ikan dilaut. Ketika di sebuah tempat bernama Inggow yang diduga banyak ikannya mereka memakai akar tersebut untuk meracuni ikan.
Seketika lemaslah ikan disekitar tempat itu dan mereka tinggal memunguti ikan
yang sudah tidak berdaya tersebut.
Untuk mengikat perahu, ular
menggunakan ekornya . Ia terus meracuni ikan tanpa tahu apa yang akan terjadi
pada dirinya. Saat memunguti ikan itu kedua bersaudara itu bersepakat untuk
menjalankan niat jahatnya. Mereka naik ke perahu lalu mengambil parang dan
memotong ular menjadi delapan potong. Seketika itu matilah si Ular. Sesudah melakukan
niatnya keduanya meninggalkan bangkai ular ditempat itu lalu pulang kerumah.
Setibanya dirumah mereka
menceritakan semuanya kepada nenek dan Yomngga. Mendengar hal itu marahlah si
nenek dan Yomngga lalu mengasingkan diri selama beberapa hari ke dalam hutan.
Saat mereka kembali ke kampung, mereka
pergi ke tempat potongan ular itu hendak menguburkan bangkai si Ular dan
mengaturnya berderetan antara kampung Saba dan Warwe.
Seketika itu pula berubahlah
bangkai sang Ular menjadi batu karang yang hingga kini menjadi pulau-pulau
kecil diantara kedua kampung tersebut dan masing masing diberi nama: KARYIU SRAM ( batu orang muda),
SAWAKI, KADUKI (sejenis tumbuhan yang melekat pada pohon), KARBUI,
IFENKER(sepengggal bete), WOMEN SIMBRIR( budah bubar), AMAWI (penoko sagu) dan
MANSASIO (terbelah).
Setelah genap waktunya, Yomnga
kemudian melahirkan sepuluh ekor ular.
Sekian lama sendirian akhirnya
datanglah seorang lelaki hendak meminangnya, lelaki itu berasal dari keret
Faindan, setelah mengadakan perundingan akhirnya merekapun dinikahkan.
Penikahan yang dianggap bahagia
ini tidak berjalan begitu lama sebab
bila sang lelaki hendak berhubungan dengan istrinya ia selalu keracunan dan
pada akhirnya ia meninggal dunia. Setelah dicari penyebab kematian maka sinenek
mengobati dengan menggunakan daun-daunan dan akhirnya keluarlah salah seekor
anak ular yang pernah dilahirkan Yomngga dulu.
Dengan adanya peristiwa ini,
rahasia perkawinan ular dengan Yomngga pun terbongkarlah dan tersebar luas
hingga keret Yomngga merasa malu dan sepakat untuk meninggalkan kampung. Mereka
mengarungi laut ke arah barat lalu mendiami daerah Sorong dan Raja Ampat dekat
sebuah sungai kecil yang diberi nama
sungai Yomngga.
___________________________________
Sumber : http://lilianatanggu.blogspot.com
Sumber : http://lilianatanggu.blogspot.com